kursor serta tetap berubah walau disorot ke arah link

Thursday, November 24, 2011

Pertambangan Indonesia Berbasis Kearifan Lokal: Penantian Wajah Baru Pertambangan Indonesia

Pertambangan Indonesia Berbasis Kearifan Lokal: Penantian Wajah Baru Pertambangan Indonesia Oleh: Siti Maryam Purwoningrum Pendahuluan Tambang adalah lahan yang memberikan penghasilan terbesar bagi bangsa Indonesia, seharusnya. Lewat hasil-hasil tambang Indonesia sudah menjadi negeri yang sangat kaya sekali, semestinya begitu. Sehingga tercapailah konsep yang tertuang dalam Pancasila sila kelima yang berbunyi: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tapi apa yang sudah dilihat dan dirasakan masyarakat Indonesia sekarang? Papua adalah salah satu masalah yang sudah lama butuh perhatian khusus untuk menyelesaikannya. Pemerintah biasanya baru akan serius menyelesaikan bila masalahnya sudah ada di ujung tanduk! Berikut sedikit ulasan penulis pada sebuah tulisan bertajuk Menanti Wajah Baru Pertambangan Indonesia. Pembahasan Hingga saat ini bisa dikatakan masalah Freeport masih berhembus dengan kencang, menunggu masa reda. Serikat Pekerja Freeport pernah melakukan aksi mogok kerja untuk menuntut pihak birokrasi Freeport menaikkan gaji kerja mereka. Masalah yang dirasakan masyarakat Indonesia (Papua dalam hal ini) sesungguhnya bukan sesederhana ini saja. Sudah berada dalam tahap yang kompleks. Kita lihat saja keadaan masyarakat Papua saat ini? Tanah mereka yang begitu kaya akan bahan-bahan tambang, tetapi kehidupan masyarakat di sana jauh sekali dari garis kesejahteraan. Bagaimana akan sejahtera bila Indonesia saja hanya menerima keuntungan sebesar sepuluh persen dari pihak Freeport? Ke mana lari sisanya? Penulis mejadi teringat akan kisah PN.Timah dalam cerita Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. PN.Timah diceritakan oleh Andrea Hirata sebagai perusahaan pertambangan di Bangka Belitung yang kiranya bisa dikatakan seperti Freeport di Papua. Nampak dari cerita-ceritanya Andrea Hirata bahwa perusahaan tersebut tak banyak memberikan manfaat apa-apa kepada masyarakat di Bangka Belitung. Selain memang ada sekolah khusus bagi anak-anak karyawan di sana yang tergolong wah dan favorit, ada sekolah kecil yang diisi oleh anak-anak tak mampu di sana (sampai-sampai sekolah itu pernah hampir tutup) dan tergolong sebagai sekolah miskin. Diceritakan pula oleh Andrea sungguh miris keadaan orang tua di sana yang berada di PN.Timah sebagai “kuli” saja, karena mereka dianggap seolah-olah tak ada kehadirannya dalam ruh dan jasad perusahaan tersebut. Pemerintah agaknya “lupa” dengan rakyatnya sendiri yang menjadi pemilik utama lahan-lahan pertambangan tersebut. Semua pikiran sederhana akan mengatakan bahwa pemilik sesuatu lahan semestinya mendapat bagian terbesar dari apa yang dimilikinya itu bila lahan tersebut diolah/dimanfaatkan oleh suatu pihak. Sedikit menengok ke Blora, Jateng. Di sana ada perusahan minyak yang telah berpoerasi sejak zaman Hindia-Belanda tetapi sayangnya masyarakat di sana tetap saja hidup dalam kungkungan ketidaksejahteraan. Kembali lagi kepada Freeport dan Papua, gambarannya memang tak jauh beda dengan di Bangka Belitung sana. Kalau mau menelisik di daerah-daerah lainnya, sepertinya sama saja dan tak ada bedanya! Kesimpulan Kesimpulan sederhana yang bisa diambil dari kasus pertambangan di Indonesia dan hasil ulasan sederhana penulis adalah bahwa: 1. Pemerintah tak pernah memperlihatkan keseriusan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang sedang membutuhkan perhatian, bahkan hingga masalah itu ‘lepas’ dan hilang seolah tak pernah ada apa-apa. Undang-undang yang pernah dibuat dan ditetapkan seperti menjadi bumbu pemanis saja dalam dunia perpolitikan di Indonesia, sebuah usaha untuk melancarkan program-program mereka yang umumnya tidak pro kepada rakyat.. Dan kini masalah yang dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia sudah merembet kemana-mana. 2. Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di Indonesia tak dioptimalkan. Indonesia mesti membuat konsep yang lebih jelas lagi bagaimanakah semestinya mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia sehingga “mengundang” pihak-pihak asing dalam hal semacam ini adalah urutan kesekian dalam perencanaan. Pernahkah terpikir, misalnya, untuk menyekolahkan anak-anak Papua di bidang pertambangan kemudian setelah lulus mereka diprioritaskan untuk mengembangkan keilmuwannya di daerah mereka sendiri? Bukankah secara anggaran itu lebih hemat? Sesungguhnya kedatangan orang-orang asing dalam pekerjaan-pekerjaan dalam negeri Indonesia sesungguhnya itu merupakan keadaan yang sangat “mengganggu”. Karena akan banyak persentuhan-persentuhan kebudayaan yang berbeda jauh (budaya lokal dengan budaya luar). Pada tahap ini penulis rasa pemerintah harus berhati-hati pula. 3. Kearifan-kearifan lokal yang ada di Papua semestinya digarap dengan sebaik-baiknya. Kearifan lokal di sini mengarah pada kearifan lokal dalam hal pekerjaan. Umumnya masyarakat bisa lebih nyaman berkerja dan didekati secara kebudayaannya masing-masing. Pada tahap intinya: setidaknya mulai saat ini pemerintah bersama masyarakat Indonesia harus mulai menelisik lebih dalam lahan pekerjaan berbasis kearifan lokal (dalam hal ini adalah pertambangan). Bagaimana dengan kearifan lokal masyarakat Indonesia bisa lebih diserap dalam dunia kerja di daerahnya dan bisa lebih diberdayakankan dengan optimal. Jangan pernah berkata terlambat untuk memulainya. Tidak ada waktu untuk menunda-nunda dan saat inilah untuk memulainya. Masalah yang terjadi saat ini tetap harus diselesaikan dan dijadikan pelajaran sekaligus cambuk untuk melangkah ke depan. Masih banyak harapan untuk Indonesia, jangan langsung banyak terpengaruh oleh interverensi dari pihak asing. Yakinlah: Indonesia bisa! Tiada kata menyerah yang terungkapkan sebelum mencoba melangkah ke depan! Referensi ----. “Masalah Pertambangan Indonesia Adalah Birorasi yang Korupsi”. www.tanjungnews.com. Askes 17 November 2011 Zuraya dan Fitria A. “Menanti Wajah Baru Pertambangan Indonesia”. www.Republika.co.id. Askes 17 November 2011.

Friday, September 2, 2011

Nur Kasih

Alhamdulillah, ketemu video ini: http://www.youtube.com/watch?v=SgwFyFYBNGg

cerita tentang Nur Kasih yg saat2 ini ada di B Channel setiap pukul setengah lima sore, sejak Ramadhan yg baru saja berlalu


Ya Allah, bahagianya aku sudah bisa menonton drama ini dengan sedikit terpotong2 dan menonton filmnya juga. Dari siang sampai jam setengah dua belasan nontonnya terpotong2. Banyak hikmah tersirat, spirit, dan hal2 baru yg saya dapatkan dari acara ini, sungguh.

Bagaimana pengorbanan seorang kakak kepada adiknya. Dari kecil hingga akhir hayatnya ia selalu siap berkorban. Juga kisah2 hikmah orangtua dalam mendidik anak2nya, memberikan pengajaran dan apa2 yg terbaik utk anak2nya. Selain itu juga tentang kisah rumah tangga, susah senang berumah tangga demi menggapai keridhaan Allah. Dan yang terpenting kisah anak manusia kembali untuk mendapatkan kebenaran hakiki. Semoga menjadi inspirasi buat yg lain.