kursor serta tetap berubah walau disorot ke arah link

Saturday, June 23, 2018

Pembelajaran di Hutan Belantara: Kisah Dunia Pekerjaan

Dunia pekerjaan merupakan dunia penuh pembelajaran. Setidaknya ungkapan itu yang saya pegang. Selain sebagai sarana pembelajaran, bagi saya karir juga ladang beramal dan berbuat baik. Kalau sudah seperti itu, berharap ada nilai plus di mata Tuhan dan di mata manusia. Namun di sini saya ingin sedikit fokus bahas soal "pembelajaran", khususnya di belantara hutan jurnalistik. Bagaimana awal saya 'terjerumus' masuk dunia jurnalistik. Ya, semua berawal dari kegemaran saya mengikuti semacam seminar atau kursus terkait dunia jurnalistik. Sempat dapat kesempatan magang, ternyata terkendala kuliah. Setelah lulus kuliah dan malang melintang dari mengikhtiarkan jodoh (meski belum kunjung dapat hingga hari ini, wkwk), bisnis, hingga pekerjaan, rupanya saya diterima berkarir di media. Luar biasa, saya banyak belajar di sini. Dan semakin ke sini, saya merasakan perbedaan antara dunia kampus dan dunia nyata. Beda indahnya dunia kampus dan dunia nyata dah... Berlanjut di karir jurnalistik, saya sempat "menghilang" di sana... sempat menjauh meski tidak sampai 100 persen. Bahkan di kala itu, ternyata saya dapat panggilan kembali ke dunia ini. Kembali saya belajar dengan segala lika-likunya. Meski kondisi saat ini saya mempelajari banyak hal, seperti apa dunia bisnis dan dunia jurnalistik. Akhirnya, saya berada di sini, di titik lika-liku media online (selanjutnya kita sebut saja hutan belantara). Dan di sini saya menemukan orang-orang yang menjadi guru saya. Meski awalnya agak 'takut' dan belum berani, rasa ingin tahu saya mulai memecahkan rasa itu semua. Di sini saya banyak diajarkan berbagai hal terkait "belantara hutan" ini. Bahkan, pada 'usia muda' ini saya 'dilepas' merayap-rayap di dalam hutan tersebut. 'Dilepas' dalam arti saya harus melanjutkan estafet perjalanan di hutan belantara ini. Meski terlihat 'dilepas', sesungguhnya masih diperhatikan. Hanya saja, saya yang masih 'berusia muda' ini masih ingin mendapatkan pembelajaran. Itulah saya kepo saya seolah tak ada habisnya, 'seolah' selalu mencari bahan baru seperti tidak ada kerjaan wkwkwk. Hal ini juga membuat saya selalu berusaha mendapatkan informan lain. Akhirnya, segala informasi yang saya dapatkan itu memacu saya untuk bisa lebih mandiri. Namun, saya sadari. Siapalah saya di sini. Masih seperti anak kecil yang harus dibimbing agar tetap lurus. Pasca hujan di Buitenzorg, Sabtu (23/6/2018).

Tentang Pekerjaan

Apa saya pernah berpikir akan menjalani pekerjaan sebagai jurnalis? Awalnya tidak. Tapi faktanya iya. Hanya saja, apa yang saya jalani ini belum ada apa-apanya. Masih seumur jagung. Sekaligus berpacu dengan usia yang sudah memasuki usia "deadline". Usia di mana saya harusnya juga berpikir untuk berumah tangga. Tapi saya harus realistis. Yang ada di hadapan saya saat ini hanya pekerjaan, keluarga (terutama orangtua). So, alangkah baiknya sibuk dengan hal-hal seperti ini. Di sisi lain, kesibukan saya juga ingin bisa lebih dekat dengan alquran, dan dengan Allah khususnya. Jadi, apapun kebaikan yang saya lakukan, semoga bernilai ibadah. Aamiiin.

Tentang Jodoh: Kapan Nikah?

Sejak berusia 17 tahun, saya pernah mengutarakan kepada orangtua agar kelak bisa segera menikah. Rupanya, takdir Allah berkata lain. Hingga usia nyaris masuk 32 tahun ini belum Allah beri kesempatan itu. Bukannya saya tidak berusaha sama sekali. Bahkan, banyak cara sudah dilewati. Berdoa, minta dicariin, sampai nyari sendiri. Ya, pasti bagi Allah ini yang terbaik buat saya. Hanya satu harapan saya, saya ingin bersatu dengan jodoh saya bukan dengan cara "mainstream" alias pacaran. Tapi di sini bukan berarti jika sudah terlanjur pakai cara itu salah. Jika sudah terlanjur, tinggal akui kesalahan di mata Allah. Allah Maha Pengampun. Dan pada masa-masa ini pun wajar kegalauan yang muncul, selama tidak berlebihan. Akhirnya, saya berusaha mengungkapkannya lewat sebuah artikel. Setelah berusaha keras agar tulisan ini naik di dua laman, akhirnya berhasil juga. Berasa "balas dendam" ya? Hahaha. Sebenarnya berharap bisa dapat pembaca lebih banyak dan bisa lebih bermanfaat buat orang lain. Ini link-nya jika ingin membaca: https://ramadhan.pojoksatu.id/baca/dear-jomblo-lebaran-kalau-masih-ditanya-kapan-nikah-begini-jawaban-paling-asik Atau di sini: http://jabar.pojoksatu.id/bogor/2018/06/08/ustad-abdul-somad-beberkan-trik-jitu-jawab-pertanyaan-saat-lebaran-kapan-nikah/ Atau satu lagi, ini sharing dari seorang kawan yang dirahasiakan namanya soal "kapan nikah" http://jabar.pojoksatu.id/bogor/2018/06/21/gadis-cantik-ini-ungkap-nyinyiran-kapan-nikah-bikin-depresi/ Semoga tulisan kecil ini bermanfaat, ya... Sabtu, 23 Juni 2018

Friday, June 22, 2018

Sabtu: Me Time, Tingkatkan Kapasitas Diri

Baru-baru ini, Sabtu adalah hari libur saya. Hari libur itu didapat setelah kelelahan dari gila kerja. Bisa dikatakan Sabtu harus lebih banyak waktu "me time". Entah untuk menulis di sini (latihan terus sampai target bikin buku jadi), atau mungkin cari celah-celah lain buat tingkatkan kapasitas diri. Caranya? Banyaklah... main-main sama teman, ngepoin hal-hal yang bisa tingkatkan pengetahuan dan kapasitas diri. Memang sih, bisa jadi saking keponya berasa nggak ada kerjaan. Biarlah, yang penting tuntaskan kepo ini. Atau googling juga bisa. Banyak banget caralah sekarang. Tinggal pilih. Satu lagi yang penting, perbanyak lagi waktu membaca buku. Sampai tutup usia, "penyakit" gila buku harus diasah terus, meski masih saja hampir terkikis oleh "tipuan" perkembangan zaman. Tetakhir, mau menuliskan saja. Hal-hal di atas lebih suka saya lakukan daripada sibuk dengan urusan pacaran. Wkwkwk Demikian. Sabtu, 23 Juni 2018 pukul 13.09 WIB. Masih suasana Syawal (lebaran)

Saturday, June 16, 2018

Bismillah... Menjelang subuh ini saya berharap ke depan lebih giat menebar konten-konten kebaikan di dunia maya.